Rabu, 27 Maret 2013

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Tugas Komputerisasi Lembaga Keuangan Perbankan)

Uang dibagi kedalam 3 pengertian, yaitu:
a. Sebagai alat tukar
b. Sebagai satuan hitung
c. Sebagai kekayaan dan kemakmuran

Sebagai suatu penjelasannya digambarkan apabila si “A” (memiliki uang) dan si “B” (tidak memiliki uang) maka apabila si “B” membutuhkan dana untuk memajukan usahanya maka si “B” meminjam uang kepada si “A” dengan menggunakan jaminan apabila si “B” mendapatkan keuntungan dari perusahaannya si “B” akan membagikan hasil dan mengembalikan uang yg telah dipinjamnya. Sedangkan si “A” yang memiliki uang tersebut meminjamkan sejumlah uang kepada si “B” harus mempunyai trust (kepercayaan) dan fund (memiliki dana) yang disebut sebagai double concidence. Apabila nyatanya si ”B” bangkrut dalam usahanya dan tidak bisa mengembalikan uang yang telah dipinjamkan oleh si “A” merupakan resiko yang harus ditanggung oleh si “A” sendiri.

Pada zaman sekarang berbeda sekali dengan gambaran yang dijelaskan diatas, pada zaman sekarang telah banyak berdiri lembaga keuangan yang disebut dengan Bank yang dapat menyimpan serta meminjamkan sejumlah uang. Bila digambarkan si “A” (memiliki uang) menyimpankan sejumlah uangnya kepada si Bank yang disebut dengan i1 dan si “B” (tidak memiliki uang) meminjam sejumlah uang kepada si Bank yang dapat disebut dengan i2 dan apabila si “B” meminjam uang kepada si “A” dapat berupa:
a. Obligasi, yaitu surat hutang. Apabila si “B” meminjam uang sebesar 10 juta rupiah dari si “A” dan bunga yang diberikan sebesar 10% per 3 bulan, maka si “B” dapat mengembalikan uang si “A” sebesar 9 juta rupiah pada 3 bulan setalah meminjam uang tersebut.
b. Stook atau saham, yaitu 40% dari aktiva pertahun yang disebut deviden. Deviden didapat dari TL(profit)-laba ditahan =laba yang dibagi. Laba yang dibagi tersebut disebut dengan deviden.
c. Pasar Modal. Bila dicontohkan apabila hari ini pada pukul 10.00 WIB harga saham unilever sebesar Rp.10.000/lembar maka pada pukul jam 14.00 WIB harga saham menjadi Rp.15.000/lembar maka apabila saham itu dijual mendapatkan untung yang disebut dengan Capital Gain (tidak sampai 1 periode).

Sedangkan apabila Bank memiliki nasabah lebih banyak daripada peminjam, Bank bekerjasama bersama Leasing dan semisalnya AHM(Astra Honda Motors) untuk memberikan pinjaman kepada seorang nasabah diperlukan adanya jaminan. Artinya, Bank menginginkan agar kredit yang diberikannya itu terjamin akan kembali kepada Bank setelah jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan bersama.
Bank memberikan pinjaman kepada nasabah tentu ingin memperoleh keuntungan dan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan misalnya nasabah tersebut meninggal sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi pihak bank. Agar dapat menutupi kerugian tersebut bank bekerjasama dengan PT. ABC misalnya, dimana PT. ABC sebagai Asuransi harus menutupi hutang nasabah yang meninggal tersebut yang akan memperoleh premi dan harus membayar semua hutang tersebut. Apabila PT. ABC merasa keberatan atas kesepakatan tersebut maka PT. ABC dapat bekerjasama dengan PT.KLM sebagai Reasuransi dan apabila PT. KLM pun merasa keberatan perusahaan itu pun bekerjasama dengan PT. OPQ sebagai Retrocessi yang berada diluar negeri. Karena PT.OPQ ini takut merasa merugi PT. OPQ membangun perusahaan kecil yang semisalnya OP,OQ dan PQ untuk melakukan transaksi di pasar modal untuk mendapatkan Capital Gain.
1. Saham itu maksimal 20% jika perusahaan asing ingin membeli lebih dari 50% saham pindah.
2. Lebih baik 1000 orang meminjam @100 dibanding 1 orang meminjam 100.000 (The Law Of The Large Number).
3. Solvabilitas: Memenuhi kewajiban jangka panjang (kredit, leasing)
4. Likuiditas: Memenuhi kewajiban jangka pendek (contoh: Bank)
Semua gambaran diatas merupakan putaran keuangan di era globalisasi yang tidak ada batasnya atau yang disebut dengan Financial World Flow.

Tulisan Bebas Softskill Bahasa Indonesia 3

Legenda Sangkuriang

Pada jaman dahulu kala, di tatar Parahyangan, berdiri sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawi kerta raharja. Tersebutlah sang prabu yang gemar olah raga berburu binatang, yang senantiasa ditemani anjingnya yang setia, yang bernama "Tumang".

Pada suatu ketika sang Prabu berburu rusa, namun telah seharian hasilnya kurang menggembirakan. Binatang buruan di hutan seakan lenyap ditelan bumi. Ditengah kekecewaan tidak mendapatkan binatang buruannya, sang Prabu dikagetkan dengan nyalakan anjing setianya "Tumang" yang menemukan seorang bayi perempuan tergeletak diantara rimbunan rerumputan. Alangkah gembiranya sang Prabu, ketika ditemukannya bayi perempuan yang berparas cantik tersebut, mengingat telah cukup lama sang Prabu mendambakan seorang putri, namun belum juga dikaruniai anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayangsumbi.

Alkisah putri Dayngsumbi nan cantik rupawan setelah dewasa dipersunting seorang pria, yang kemudian dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang yang juga kelak memiliki kegemaran berburu seperti juga sang Prabu. Namun sayang suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.

Suatu saat, Sangkuriang yang masih sangat muda belia, mengadakan perburuan ditemani anjing kesayangan sang Prabu yang juga kesayangan ibunya, yaitu Tumang. Namun hari yang kurang baik menyebabkan perburuan tidak memperoleh hasil binatang buruan. Karena Sangkuriang telah berjanji untuk mempersembahkan hati rusa untuk ibunya, sedangkan rusa buruan tidak didapatkannya, maka Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan ibunya dan juga sang Prabu untuk diambil hatinya, yang kemudian dipersembahkan kepada ibunya.

Ketika Dayangsumbi akhirnya mengetahui bahwa hati rusa yang dipersembahkan putranya tiada lain adalah hati "si Tumang" anjing kesayangannya, maka murkalah Dayangsumbi. Terdorong amarah, tanpa sengaja, dipukulnya kepala putranya dengan centong nasi yang sedang dipegangnya, hingga menimbulkan luka yang berbekas. Sangkuriang merasa usaha untuk menggembirakan ibunya sia-sia, dan merasa perbuatannya tidak bersalah. Pikirnya tiada hati rusa, hati anjingpun jadilah, dengan tidak memikirkan kesetiaan si Tumang yang selama hidupnya telah setia mengabdi pada majikannya. Sangkuriangpun minggat meninggalkan kerajaan, lalu menghilang tanpa karana.
Setelah kejadian itu Dayangsumbi merasa sangat menyesal, setiap hari ia selalu berdoa dan memohon kepada Hyang Tunggal, agar ia dapat dipertemukan kembali dengan putranya. Kelak permohonan ini terkabulkan, dan kemurahan sang Hyang Tunggal jualah maka Dayangsumbi dikaruniai awet muda. Syahdan Sangkuriang yang terus mengembara, ia tumbuh penjadi pemuda yang gagah perkasa, sakti mandraguna apalgi setelah ia berhasil menaklukan bangsa siluman yang sakti pula, yaitu Guriang Tujuh.

Dalam suatu saat pengembaraannya, Sangkuriang tanpa disadarinya ia kembali ke kerajaan dimana ia berasal. Dan alur cerita hidup mempertemukan ia dengan seorang putri yang berparas jelita nan menawan, yang tiada lain ialah putri Dayangsumbi. Sangkuriang jatuh hati kepada putri tersebut, demikianpula Dayangsumbi terpesona akan kegagahan dan ketampanan Sangkuriang, maka hubungan asmara keduanya terjalinlah. Sangkuriang maupun Dayangsumbi saat itu tidak mengetahui bahwa sebenarnya keduanya adalah ibu dan anak. Sangkuriang akhirnya melamar Dayangsumbi untuk dipersunting menjadi istrinya.

Namun lagi lagi alur cerita hidup membuka tabir yang tertutup, Dayangsumbi mengetahui bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang anaknya, sewaktu ia melihat bekas luka dikepala Sangkuriang, saat ia membetulkan ikat kepala calon suaminya itu. Setelah merasa yakin bawa Sangkuriang anaknya, Dayangsumbi berusaha menggagalkan pernikahan dengan anaknya. Untuk mempersunting dirinya, Dayangsumbi mengajukan dua syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan batas waktu sebelum fajar menyingsing.
Syarat pertama, Sangkuriang harus dapat membuat sebuah perahu yang besar. Syarat kedua, Sangkuriang harus dapat membuat danau untuk bisa dipakai berlayarnya perahu tersebut.

Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja lembur dibantu oleh wadiabalad siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan dari hutan di sebuah gunung yang menurut legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul. Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, ia kumpulkan disebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang.

Sementara itu Dayangsumbi-pun memohon sang Hyang Tunggal untuk menolongnya, menggagalkan maksud Sangkuriang untuk memperistri dirinya.

Sang Hyang Tunggal mengabulkan permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan Sangkuriang selesai, ayampun berkokok dan fajar menyingsing ……. Sangkuriang murka, mengetahui ia gagal memenuhi syarat tersebut, ia menendang perahu yang sedang dibuatnya. Perahu akhirnya jatuh menelungkup dan menurut legenda kelak jadilah Gunung Tangkubanparahu, sementara aliran Sungai Citarum yang dibendung sedikit demi sedikit membentuk danau Bandung.

sumber:
http://wie_2.tripod.com/sangkuriang.htm

Tulisan Bebas Softskill Bahasa Indonesia 1

Biography of Andre Taulany

Biography:
Andre Taulany atau sering disebut dengan Andre Stinky / Andre OVJ merupakan artis / Komedian Indonesia indonesia yang lahir di jakarta, 17 September 1974 dan berprofesi sebagai pemain sinetron, film, sekaligus sebagai Komedian. Andre merupakan artis indonesia yang sudah bermain di beberapa sinetron diantaranya Cerita Cinta, Terang Milikku Juga selain itu Andre Stinky juga pernah membintangi film layar lebar seperti Kiamat Sudah Dekat, Kunfayakun, dan Susuk Pocong. Andre lebih dikenal sebagai Andre OVJ sejak perannya di acara Komedi Opera Van Java TRANS 7.
Nama Andre Taulany sebenarnya sudah dikenal sejak dulu, ketika dirinya masih berkarir di bidang musik dengan band nya Stinky. Nama Andre Taulany pun sempat tenar di kalangan industri musik tanah air. Sudah 8 Album dikeluarkan oleh Stinky. Stinky juga mampu menjual album mereka hingga 1 juta kopi melalu single andalan mereka yaitu "Mungkinkah" dan "Jangan Tutup Dirimu".
Saat ini, nama andre taulany tidak dikenal sebagai musisi melainkan sebagai komedian. Karena aktingnya yang kocak di berbagai acara komedian membuat dirinya lebih dikenal sebagai komedian. Beberapa acara yang turut membangun kembali eksistensinya di dunia hiburan tanah air yaitu lewat akting kocaknya di acara komedi “Opera Van java”. Selain OVJ, andre juga sempat berakting di beberapa acara komedi seperti, Ngelenong Nyok, Komedi Betawi, dan Lenong.co.id
Saat ini Andre Telah menikah Dengan perempuan asal padang bernama Rien Wartia Trigina atau sering dipanggil dengan Rien. Dan telah dikaruniai seorang anak laki – laki.

Sinematografi:
FILM:
Kiamat Sudah Dekat (2003)
Kun Fayakuun (2008)
Susuk Pocong (2009)
SINETRON / FTV:
Cerita Cinta
Kiamat Sudah Dekat
Terang Milikku Juga
Hidayah
Ngelenong Nyok (Acara komedi)
Komedi Betawi (Acara komedi)
Lenong.co.id (Acara komedi)
Opera van Java (Acara komedi)

sumber:
http://profilseleb.blogspot.com/2010/01/andre-taulany-profil-andre-ovj-andre.html

Rabu, 20 Maret 2013

TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 3

Karya Ilmiah dan Karya Nonilmiah
KARYA ILMIAH
Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).

Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.

Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu:
1. Mengenali dan merumuskan masalah
2. Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis
3. Merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara
4. Menguji hipotesis
5. Menarik kesimpulan.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa hal, ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan verifikasi terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

A. CIRI KARYA ILMIAH
• Objektif.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.
• Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
• Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
• Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
• Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

• Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).

• Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.




B. SIKAP ILMIAH

Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”.
Beberapa sikap ilmiah menurut Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34), antara lain :

* Sikap ingin tahu
1. Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia berusaha mengetahuinya.
2. Senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa.
3. Kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah.
4. Memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksperimen.
* Sikap kritis
1. Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat.
2. Kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan.
3. Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain.
4. Bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
* Sikap obyektif
1. Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu.
2. Menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
* Sikap ingin menemukan
1. Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru.
2. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif.
3. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
* Sikap menghargai karya orang lain
1. Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya.
2. Menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
* Sikap tekun
1. Tidak bosan mengadakan penyelidikan.
2. Bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan.
3. Tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai.
4. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
* Sikap terbuka
1. Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.
2. Bersedia menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.

C. MACAM-MACAM KARYA ILMIAH

• Artikel ilmiah
Merupakan karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku kumpulan artikel, ditulis dengan tatacara ilmiah, dan disesuai dengan konvensi ilmiah yang berlaku. Artikel dapat dipilah menjadi dua yaitu artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian.
• Makalah ilmiah
Karya tulis yang memuat hasil pemikiran tentang masalah, disusun secara sistematis dan runtut, dan disertai analisis yang logis dan objektif. Makalah dibedakan menjadi dua yaitu Makalah teknis dan Makalah nonteknis
• Laporan Penelitian: Karya tulis yang berisi paparan proses dan hasil penelitian.
D. CONTOH KARYA ILMIAH
1.1 LATAR BELAKANG

Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Produsen perlu memahami perilaku konsumen terhadap produk atau merek yang ada di pasar, selanjutnya perlu dilakukan berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk yang dihasilkan.
Mengutip dari jurnal yang disusun oleh Asih Pruwanto.Di zaman Global warming seperti ini air mineral merupakan barang yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia, seperti di kota besar di jakarta air mineral sangat banyak digunakan di berbagai kalangan baik pria,wanita, orang tua, remaja, dan anak-anak. Dahulu masyarakat berpikiran air mineral dalam kemasan tidak sangat dibutuhkan,namun kini seiring berjalannya waktu dan cuaca tak menentu,.


".Dengan adanya penganalisian tersebut memberikan insipirasi bagi pengusaha untuk membuat inovasi baru dengan mempromosikan keunggulan-keunggulan yang mereka miliki.
Dalam hubungan dengan penciptaan nilai kepuasan bagi pelanggan, dimensi-dimensi yang menjadi fokus pada kualitas produk dan pelayanan, antara lain:
(1). Reputasi (reputation)
(2.) Ciri-ciri atau keistimewaaan tambahan (features)
(3.) Kehandalan (reliability).
(4) Kesesuaian dengan spesifikasi (confirmance to specifications).
(5.) Daya tahan (durability digunakan.
(6.) Kemampuan pelayanan (serviceability)
(7). Estetika (estebility)


Kini beberapa merk air mineral dalam kemasan yang ada di Indonesia diantaranya :
-AQUA
-ALTO
-SANQUA



AIR MINUM DALAM KEMASAN
POSISI MERK
1 AQUA
2 ALTO
3 SANQUA



Assael (1995) dalam Sodik (2004) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Faktor pertama yang berpengaruh pada konsumen adalah stimuli. Stimuli menunjukkan penerimaan informasi oleh konsumen dan pemprosesan informasi terjadi saat konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan, teman atau dari pengalaman sendiri. Pengaruh kedua berasal dari karakteristik pribadi konsumen meliputi persepsi, sikap, manfaat serta karakteristik konsumen (demografi, kepribadian, gaya hidup).Pengaruh yang ketiga respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor diatas.

1.2 MASALAH DAN TUJUAN

Jadi, masalah dari ketiga jurnal diatas hampir sama yaitu tentang kelayakan air minum kemasan tersebut untuk dikonsumsi oleh konsumen dan apakah produk tersebut mudah untuk didapat. Serta botol dari ketiga merk air minum tersebut mudah dihancurkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produksi, promosi, dan desain
terhadap keputusan pembelian produk air mineral dalam kemasan pada
masyarakat wilayah Jakarta
4. Untuk mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian produk air mineral dalam kemasan pada masyarakat
wilayah Jakarta.

1.3 DATA DAN SUMBER DATA

Data Primer adalah data yang terambil dari wawancara terstruktur kepada para responden dengan menggunakan kuesioner. Para responden disini adalah para konsumen yang mengkonsumsi air mineral Aqua, SanQua, dan Alto.

1.4 VARIABEL

Variabel merupakan suatu istilah yag berasal dari kata vary dan able yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai kuntitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu variabel adalah jumlah dan derajat atributnya.
Dilihat dari segi nilainya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel diskrit dan variabel kontinu.. Variabel diskrit nilai kuantitatifnya selalu berupa bilangan bulat, Variabel kontinu nilai kuantitatifnya bisa berupa pecahan. Apabila diambil dua bilangan bulat yang wajar sebagai nilai variabel, terdapat tak hingga banyaknya angka-angka yang mungkin menjadi nilai dari variabel yang sedang diukur itu. Ini jika digambarkan akan memberi kesan bahwa nilai-nilai variabel itu bersambung atau kontinu.
Variabel dalam penelitian ini adalah air minum kemasan yang dikonsumsi masyarakat Jakarta.

1.5 TAHAPAN PENELITIAN

Melakukan penelitian kepada pemilik toko yang berada di Jakarta dengan cara kuesioner.

1.6 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya penelitian. Uji validitas menggunakan analisis korelasi pearson, keputusan mengetahui valid tidaknya butir instrumen. Jika pada tingkat signifikan 5% nilai r hitung > r variabel maka dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tersebut valid.

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha cronbach, untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian jika dari hasil uji reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian.

KARYA NON ILMIAH
Karya tulis non-ilmiah (karya non ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.

Karya tulis ilmiah dapat dibedakan dengan karya tulis non ilmiah, dimana karya tulis non ilmiah sangat bersifat subjektif.

A. CIRI KARYA NON ILMIAH
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi dan umumnya bersifat subyektif.
2. Topik dan cara penyajiannya bervariasi, tetapi tidak didasari fakta umum.Bahasanya konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
B. SIFAT KARYA NON ILMIAH
1. Emotif, lebih merupakan refleksi dari sebuah perasaan yang terkadang melampaui kebenaran.
2. Persuasif, yaitu bersifat mempengaruhi pikiran pembaca.
3. Deskriptif subjektif, dalam arti tidak didukung oleh data dan fakta.
4. Terkadang over claiming. Karya-karya non ilmiah ini terutama dapat dilihat dalam bentuk karya-karya seni, seperti cerpen, novel, puisi, komik, dan lain-lain yang sejenisnya.
C. MACAM-MACAM KARYA NON ILMIAH
1. Cerpen. Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
2. Dongeng. Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya mengandung pesan moral.
3. Roman. Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya menggambarkan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
4. Novel. Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
5. Drama. Suatu bentuk karya sastra yang memilki bagian untuk diperankan oleh aktor.
D. CONTOH KARYA NON ILMIAH (CERPEN )

Segelas Air Untuk Guruku
Farida

Anis berlari mengendap-endap kedalam kelas. Sekolah masih sepi, belum seorang pun siswa datang. Seperti kemarin juga, kemarinnya lagi Anis meletakkan segelas air putih ke meja ibu guru, setelah itu ia kembali berlari keluar. Anis kembali ke warung kecil ibunya yang terletak dibelakang sekolah.

"Kau dari mana, Nak?" Tanya ibunya ketika Anis tiba.

"Mmm.. Anis dari kelas sebentar" Jawab Anis sambil kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda.

Sebelum sekolah, Anis memang terbiasa membantu ibunya menyiapkan dagangan di warung kecil mereka.

Waktu terus berlalu bel tanda masuk berdentang beberapa kali. Anis segera bergegas ke kelasnya. Ada yang selalu ia tunggu setiap kali mengikuti pelajaran dari Ibu Arin. Ya, Bu Arin itu gurunya. Bukan hanya pelajaran yang ia nantikan, tapi juga saat Bu Arin meneguk air putih yang selalu ia sediakan setiap pagi. Hatinya begitu bahagia walaupun Bu Arin tidak pernah tau siapa yang menyediakan air minum itu.

Seperti biasa, pagi ini Bu Arin masuk kelas dengan senyumnya yang ramah. Beliau menyapa seluruh anak kelas V dengan hangat. Lalu Bu Arin kembali menerangkan pelajaran dengan gayanya yang menarik. Di bangku paling belakang, Anis mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian. Hati Anis berdebar-debar cemas, jam pelajaran hampir saja selesai tetapi Bu Arin tidak juga meminum air putih yang ia hidangkan. Perlahan-lahan hati Anis dirasuki perasaan kecewa dan sedih.

Biasanya Bu Arin tidak seperti ini. Beliau biasanya meneguk minuman itu dengan semangat, lalu bibirnya tersenyum kepada seluruh penghuni kelas. Tapi hari ini tidak, jangan-jangan Bu Aris sudah tidak mau lagi minum air itu. Atau? Ya atau Bu Aris sudah tau siapa yang menyediakan minuman itu, lalu Bu Arin merasa jijik karena air minum itu disediakan seorang murid miskin seperti Anis. Berbagai pikiran terus berkecamuk di kepala Anis, hatinya makin sedih.

"Teng! Teng! Teng!" Bel tanda istirahat berdentang. Bu Arin menyudahi pelajarannya. Lalu anak-anak berhambur keluar. Anis berjalan lunglai. Hatinya benar-benar sekali sedih, karena sampai pelajaran berakhir Bu Anis tidak menyentuh air minum itu.

"Anis...!" Tiba-tiba suara Bu Arin menghentikan langkah lesu Anis. "Boleh ibu bicara sebentar?" Jantung Anis tiba-tiba berdegup kencang. Jangan-jangan Bu Arin tau siapa yang selalu menyiapkan air putih dan beliau tidak senang dengan hal itu. Mungkin Bu Arin akan memarahinya. Hati Anis kembali bergedup kencang.

"Kenapa Nis, keberatan kalau ibu ingin berbicara denganmu?"

"Ee.. mmm... ti...ti..tidak Bu" Perlahan Anis duduk di bangku yang berada didepan meja Bu Arin.
"Nis.. Kenapa ya hari ini kamu kelihatan begitu sedih dan tidak semangat?" Tanya Bu Arin.

(Anis tergugup)

"Biasanya kamu begitu riang dan sangat bersemangat kalau pelajaran ibu?, Kamu sedih ya karena hari ini Ibu tidak meminum air putihmu?"

(Anis tersentak dan wajahnya tiba-tiba pucat) "Ja... Jadi ibu tau kalau air itu..?" Anis tergagap-gagap.

"Iya Nis, ibu tau dari sikapmu. Selama ini ibu selalau bertanya-tanya, siapa ya yang selalu menyiapkan air putih dimeja ibu.. Lalu ibu perhatikan, jika ibu minum air itu kamu selalu kelihatan paling gembira. Nah, lalu hari ini sengaja ibu tidak meminum air ini untuk membuktikan dugaan ibu itu benar".

"Nah, ternyata benar lho, kamu sangat bersedih ketika ibu tidak meminumnya. Berarti kamu kan yang selalu menyiapkan air minum itu?"

"Maafkan saya Bu, saya tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin berterimakasih kepada ibu, karena ibu telah mengajari saya. Tapi saya tidak tau harus berbuat apa. Saya juga tidak punya apa-apa bu untuk dihadiahkan, seperti apa yang sering diberikan teman-teman. Saya hanya bisa menyiapkan air minum itu, yang lain tidak Bu, agar ketika ibu mengajar sudah mengajar ibu pasti merasa haus, Ibu tinggal minum saja. Tapi jika ibu tidak suka, saya tidak akan menyiapkan air minum lagi" Suara Anis terdendat-sendat.

"Kenapa ibu tidak suka Nis? Kamu ini ada-ada saja"

"Iya, karena Anis orang miskin, mungkin ibu jijik minum air yang saya sediakan" Air mata Anis mulai meluncur.

"A..nis.." Bu Arin mendekati Anis lalu mengelus kepala Anis. "Ibu tidak merasa jijik kok, justru ibu sangat bangga memiliki murid seperti kamu. Kamu anak yang tau berterimakasih. Ibu sangat senang! Ibu berjanji akan meminum air itu setiap hari"

"Haa? Benar Bu? Benar ya Bu?" Anis menatap tak pecaya, Bu Arin mengangguk.

Tanpa sadar Anis menghambur kedalam pelukan Bu Arin. Air mata Anis menetes, kali ini ia benar-benar bahagia. Anis merasakan betapa hangatnya berada dekapan gurunya yang sangat dicintainya.

PERBEDAAN KARYA ILMIAH DENGAN KARYA NON ILMIAH

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.


SUMBER:
http://yulandari.wordpress.com/2012/03/26/perbedaan-antara-karangan-ilmiah-karangan-non-ilmiah-karangan-semi-ilmiah/
http://eziekim.wordpress.com/2011/03/01/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah/
http://www.zodiaklopedia.com/2012/11/contoh-cerpen-segelas-air-untuk-guruku.html

TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2

Keterkaitan antara Analisis Kasus dengan Adanya Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Karakterisasi Metode Ilmiah

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur

Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Perumusan masalah

Perumusan masalah adalah langkah awal dalam melakukan kerja ilmiah. Masalah adalah kesulitan yang dihadapi yang memerlukan penyelesaiannya atau pemecahannya. Masalah penelitian dapat di ambil dari masalah yang ditemukan di lingkungan sekitar kita, baik benda mati maupun makhluk hidup. Misalnya, saat kamu berada di pantai dan mengamati ombak di lautan. Pada saat itu di pikiranmu mungkin timbul pertanyaan, mengapa terjadi ombak? Atau, bagaimanakah cara terjadinya ombak? Untuk dapat merumuskan permasalahan dengan tepat, maka perlu melakukan identifikasi masalah.Agar permasalahan dapat diteliti dengan seksama, maka perlu dibatasi. Pembatasan diperlukan agar kita dapat fokus dalam menyelesaikan penelitian kita.

Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam merumuskan masalah, antara lain sebagai berikut :
1. Masalah hendaknya dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat Tanya.
2. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan mudah dipahami. Rumusan masalah yang terlalu panjang akan sulit dipahami dan akan menyimpang dari pokok permasalahan.
3. Rumusan masalah hendaknya merupakan masalah yang kemungkinan dapat dicari cara pemecahannya. Permasalahan mengapa benda bergerak dapat dicari jawabannya dibandingkan permasalahn apakah dosa dapat diukur.
2. Perumusan hipotesis

Ketika kita mengajukan atau merumuskan pertanyaan penelitian, maka sebenarnya pada saat itu jawabanya sudah ada dalam pikiran. Jawaban tersebut memang masih meragukan dan bersifat sementara, akan tetapi jawaban tersebut dapat digunakan untuk mengarahkan kita untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian disebut sebagai hipotesis penelitian. Hipotesisi penelitian dapat juga dikatakan sebagai dugaan yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah sebelum dibuktikan kebenarannya. Oleh karena berupa dugaan maka hipotesis yang kita buat mungkin saja salah. Ileh karena itu, kita harus melakukan sebuah percobaan untuk menguji kebenaran hipotesis yang sudah kita buat

3. Perancangan penelitian

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu harus dipersiapkan rancangan penelitiannya. Rancangan penelitian ini berisi tentang rencana atau hal-hal yang harus dilakukan sebelum, selama dan setelah penelitian selesai. Metode penelitian, alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian juga harus disiapkan dalam rancangan penelitian.

Penelitian yang kita lakukan dapat berupa penelitian deskriptif maupun penelitian eksperimental. Penelitian deskripsi merupakan penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta dan sifat-sipat objek yang diselidiki. Contoh dari penelitian deskriptif, misalnya penelitian untuk mengetahui populasi hewan komodo yang hidup di Pulau komodo pada tahun 2008.
Adapun penelitian eksperimental merupakan penelitian yang menggunakan kelompok pembanding. Contoh penelitian eksperimental, misalnya penelitian tentang perbedaan pertumbuhan tanaman di tempat yang terkena matahari dengan pertumbuhan tanaman di tempat yang gelap.

Selain rancangan penelitian, terdapat beberapa faktor lain yang juga harus diperhatikan. Faktor pertama adalah variabel penelitian, sedangkan yang kedua adalah populasi dan sampel. Variabel merupakan faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Populasi merupakan kumpulan/himpunan dari semua objek yang akan diamati ketika melakukan penelitian, sedangkan sampel merupakan himpunan bagian dari populasi.

Di dalam penelitian, variabel dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja mengalami perlakuan atau sengaja diubah dan dapat menentukan variabel lainnya (variabel terikat)
2. Variabel terikat yaitu variabel yang mengalami perubahan dengan pola teratur (dipengaruhi oleh variabel bebas)
3. Variabel control yaitu variabel yang digunakan sebagai pembanding dan tidak mengalami perlakuan atau tidak diubah-ubah selama penelitian.
4. Pelaksanaan penelitian

Langkah langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Persiapan penelitian biasanya diwujudkan dalam pembuatan rancangan penelitian. Alat, bahan, tempat, waktu dan teknik pengumpulan data juga harus dipersiapkan dengan baik.

b. Pelaksanaan
• Pengumpulan/pengambilan data
a) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan alat indra, seperti indra penglihatan (mata), indra penciuman (hidung), indra pengecap (lidah), indra pendengaran (telinga), dan indra peraba (kulit). Contohnya adalah ketika kita melakukan pengamatan buah mangga maka data kualitatif yang dapat kita peroleh adalah mengenai rasa buah, warna kulit, dan daging buah, serta wangi atau aroma buah.
b) Data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga akan diperoleh data berupa angka-angka. Contohnya adalah data mengnai berat buah mangga,ketebalan daging buah, diameter buah mangga.
• Pengolahan data, setelah data-data yang kita perlukan berhasil dikumpulkan maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan atau analisis data. Data yang kita peroleh dapat ditulis atau kita nyatakan dalam beberapa bentuk, seperti table, grafik dan diagram.
• Menarik kesimpulan, setelah pengolahan data melalui analisis selesai dilakukan maka kita dapat mengetahui apakah hipotesis yang kita buat sesuai dengan hasil penelitian atau mungkin juga tidak sesuai. Selanjutnya kita dapat mengambil kesimpilan dari penelitian yang telah kita lakukan. Kesimpulan yang kita peroleh dari hasil penelitian dapat mendukung hipotesis yang kita buat, tetapi kesimpulan yang kita ambil harus dapat menjawab permasalahan yang melatarbelakangi penelitian.


5. Pelaporan penelitian

Sistematika penyusunan laporan penelitian:
1. Pendahuluan, bagian pendahuluan merupakan bagian awal dari laporan hasil penelitian dan berisi tentang latar belakang dilaksanakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan hipotesis
2. Telaah kepustakaan/kajian teori, bagian kajian teori merupakan bagian yang berisi tentang hasil telaah yang dilakukan oleh peneliti terhadap teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
3. Metode penelitian, berisi segala sesuatu yang dilakukan oleh peneliti mulai dari persiapan, pelaksanaan dan akhir dari sebuah penelitian. Bagian metode penelitian berisi tentang teknik pengambilan data, cara atau teknik pengolahan data, populasi dan sampel, alat, bahan, tempat dan waktu penelitian.
4. Hasil dan pembahasan penelitian, berisi tentang data hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan selama penelitian. Data yang diperoleh disampaikan dalam bentuk grafik, tabel , atau diagram.
5. Kesimpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban terhadp hipotesis yang sudah diuji kebenarannya. Saran dari peneliti kepada pihak lain, yaitu pembaca dan bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
CONTOH KASUS
Petugas Ditreskrimsus Polda Sumsel sedang melakukan penyidikan terhadap air minum kemasan berinisial O yang diduga tidak sesuai labelnya. Air minum Kemasan tersebut mencantumkan dalam labelnya bahwa diproduksi di Bogor, padaha; diproduksi di Desa Sukomoro, Banyuasin.

Pengungkapan kasus ini bermula dari informasi masyarakat bahwa adanya produksi air minum kemasan di kawasan Desa Sukomoro, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin. Oleh petugas, kemudian melakukan penyelidikan ke lokasi kejadian pada 30 Januari 2013. Dari hasil penyilidikan tersebut, label air minuman kemasan menyatakan bahwa produksinya di Bogor. Air minum kemasan berinisial O itu diproduksi Agustus 2012, hingga saat ini dan telah dipasarkan.

“Hal tersebut jelas tidak sesuai, karena produksinya di Sukomoro, tapi labelnya dibuat Bogor,” terang Direktur Ditreskrimsus Polda Kombes Pol Raja Haryono melalui Kasubdit I AKBP Dewa Putu Gede Artha, Selasa (12/2).

Lanjutnya hal ini jelas melanggar sesuai pasal 9 ayat 1 UU no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Kemasan. Karena pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang/ jasa secara tidak benar. “Pelaku usaha tersebut membuat keterangan seolah diproses di Bogor, padahal dibuatnya di Sukomoro,” terangnya.

Atas pengungkapan kasus tersebut pihaknnya telah memeriksa karyawan dari air minum kemasan tersebut. Selanjutnya kasu tersebut meningkat menjadi proses sidik. Pihaknya juga telah mengambil sample dari setiap kemasan air minum kemasan tersebut. “untuk tersangkanya belum karena masih proses sidik.

Terpisah Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Sumsel mendesak pihak kepolisian untuk membuktikan adanya laporan terhadap pelaku usaha yang memberikan informasi yang tidak jelas tersebut. Karena Sesuai UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, bahwa harus mendapatkan informasi yang jelas, benar dan jujur.

“Bila pelaku usaha tersebut memalsukan informasi yang menyatakan bahwa diproduksi dio Bogor padahal di Sukomoro, maka hal tersebut melanggar undang-undang. Sesuai undang-undang pelaku usaha tersebut dapat disanski pidana 5 tahun atau denda 2 milyar,” terangnnya.

Pihaknya sendiri siap memfasilitasi pihak kepolisian untuk melakukan pengujian kandungan air apakah berasal dari air tanah atau dari air gunung. Pihak kepolisian juga harus melibatkan instansi terkait lainnya terkait kasus tersebut. “Karena bila diproduksi di Bogor, artinya diambil dari air Gunung. Namun bila terbukti diproduksi dari air tanah maka pelaku usahanya telah menipu masyarakat,” tambahnya.
Setelah menganalisis kasus diatas tentang masalah penyalahgunaan produksi air minum kemasan, maka kasus tersebut dapat dikembang menjadi suatu penelitian metode ilmiah. Dibawah ini contoh penelitian metode ilmiah dengan beberapa kerangka metode ilmiah. Penelitian metode ilmiah ini tentang kelayakan air minum kemasan untuk dikonsumsi dengan judul " Faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap air mineral kemasan" .
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN TERHADAP AIR MINERAL KEMASAN
1.1 LATAR BELAKANG

Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Produsen perlu memahami perilaku konsumen terhadap produk atau merek yang ada di pasar, selanjutnya perlu dilakukan berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk yang dihasilkan.
Mengutip dari jurnal yang disusun oleh Asih Pruwanto.Di zaman Global warming seperti ini air mineral merupakan barang yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia, seperti di kota besar di jakarta air mineral sangat banyak digunakan di berbagai kalangan baik pria,wanita, orang tua, remaja, dan anak-anak. Dahulu masyarakat berpikiran air mineral dalam kemasan tidak sangat dibutuhkan,namun kini seiring berjalannya waktu dan cuaca tak menentu,.


".Dengan adanya penganalisian tersebut memberikan insipirasi bagi pengusaha untuk membuat inovasi baru dengan mempromosikan keunggulan-keunggulan yang mereka miliki.
Dalam hubungan dengan penciptaan nilai kepuasan bagi pelanggan, dimensi-dimensi yang menjadi fokus pada kualitas produk dan pelayanan, antara lain:
(1). Reputasi (reputation)
(2.) Ciri-ciri atau keistimewaaan tambahan (features)
(3.) Kehandalan (reliability).
(4) Kesesuaian dengan spesifikasi (confirmance to specifications).
(5.) Daya tahan (durability digunakan.
(6.) Kemampuan pelayanan (serviceability)
(7). Estetika (estebility)


Kini beberapa merk air mineral dalam kemasan yang ada di Indonesia diantaranya :
-AQUA
-ALTO
-SANQUA



AIR MINUM DALAM KEMASAN

POSISI MERK
1 AQUA
2 ALTO
3 SANQUA



Assael (1995) dalam Sodik (2004) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Faktor pertama yang berpengaruh pada konsumen adalah stimuli. Stimuli menunjukkan penerimaan informasi oleh konsumen dan pemprosesan informasi terjadi saat konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan, teman atau dari pengalaman sendiri. Pengaruh kedua berasal dari karakteristik pribadi konsumen meliputi persepsi, sikap, manfaat serta karakteristik konsumen (demografi, kepribadian, gaya hidup).Pengaruh yang ketiga respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor diatas.

1.2 MASALAH DAN TUJUAN

Jadi, masalah dari ketiga jurnal diatas hampir sama yaitu tentang kelayakan air minum kemasan tersebut untuk dikonsumsi oleh konsumen dan apakah produk tersebut mudah untuk didapat. Serta botol dari ketiga merk air minum tersebut mudah dihancurkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produksi, promosi, dan desain
terhadap keputusan pembelian produk air mineral dalam kemasan pada
masyarakat wilayah Jakarta
2. Untuk mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian produk air mineral dalam kemasan pada masyarakat
wilayah Jakarta.

1.3 DATA DAN SUMBER DATA

Data Primer adalah data yang terambil dari wawancara terstruktur kepada para responden dengan menggunakan kuesioner. Para responden disini adalah para konsumen yang mengkonsumsi air mineral Aqua, SanQua, dan Alto.

1.4 VARIABEL

Variabel merupakan suatu istilah yag berasal dari kata vary dan able yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai kuntitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu variabel adalah jumlah dan derajat atributnya.
Dilihat dari segi nilainya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel diskrit dan variabel kontinu.. Variabel diskrit nilai kuantitatifnya selalu berupa bilangan bulat, Variabel kontinu nilai kuantitatifnya bisa berupa pecahan. Apabila diambil dua bilangan bulat yang wajar sebagai nilai variabel, terdapat tak hingga banyaknya angka-angka yang mungkin menjadi nilai dari variabel yang sedang diukur itu. Ini jika digambarkan akan memberi kesan bahwa nilai-nilai variabel itu bersambung atau kontinu.
Variabel dalam penelitian ini adalah air minum kemasan yang dikonsumsi masyarakat Jakarta.

1.5 TAHAPAN PENELITIAN

Melakukan penelitian kepada pemilik toko yang berada di Jakarta dengan cara kuesioner.

1.6 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya penelitian. Uji validitas menggunakan analisis korelasi pearson, keputusan mengetahui valid tidaknya butir instrumen. Jika pada tingkat signifikan 5% nilai r hitung > r variabel maka dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tersebut valid.

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha cronbach, untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian jika dari hasil uji reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian.

SUMBER:
http://gogopratamax.blogspot.com/2012/04/pengertian-karakteristik-dan-langkah.html
http://www.jpnn.com/read/2013/02/13/158202/Polda-Sidik-Produksi-Air-Minum-Kemasan-




TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 1

Penggunaan penalaran dalam Proses Berbahasa

Sebelum kita membahas penggunaan penalaran dalam proses berbahasa yang lebih dalam, akan lebih baik kita mengenal atau mengetahui arti dari penalaran itu sendiri dan apa saja macam dari penalaran itu sendiri serta konsep dan simbol dalam penalaran dan syarat-syarat kebenaran dalam penalaran. Berikut ini adalah penjelasannya:
PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

MACAM-MACAM PENALARAN

A. Penalaran Induktif

Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi.

Ciri-ciri Paragraf Induktif
1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
6. Contoh kesalahannya : Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Contoh Kalimat Induktif :
1. Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
2. Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
kesimpulan : Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan

Jenis-jenis penalaran induktif adalah :

a. Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulanumum.‡ Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.‡ Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan semua bintang sinetron berparas cantik hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

b. Analogi

Penalaran Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogidapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkankesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh : Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki,ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu,seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran,dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya denganmendaki gunung untuk mencapai puncaknya.

c. Kausal

Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang salingberhubungan. Hal ini terlihat ketika tombol ditekan yang akibatnya bel berbunyi. Dalamkehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalanbecek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia.

Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
• Sebab akibat

Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapatmenyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebabkadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukankemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihatpada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.Contoh :Belajar menurut pandangantradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlh ilmupengetahuan. ‘Pengetahuan´ mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuanmemegang peranan utama dalam kehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan.
• Akibat sebab

Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapidalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.Contoh : Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam perkelahian-perkelahian biasa, tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam.Remaja yang telah kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini selain disebabkan kurangnya perhatian dari orang tua dan pengaruhmasyarakat, pengaruh televisi dan film cukup besar.
• Akibat-akibat

Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain. Contoh : Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.

B. Penalaran Deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contohnya: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, ”A discourse in wich certain things being posited, something else than what is posited necessarily follows from them”. pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Corak berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis.

Contoh Paragraf Deduktif :

Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.

Kalimat utama dari paragraph adalah kalimat yang di garis bawahi, dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraph deduktif.


Jenis-jenis Penalaran Deduktif :

a. Silogisme

Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).Bentuk silogisme :
1. Silogisme kategoris : terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
2. Silogisme hipotesis : salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.

b. Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris. Proposisi 1 dan 2 adalah premis. Proposisi 3 adalah konklusi

Contoh: Semua pahlawan adalah orang berjasa Kartini adalah pahlawan
Jadi : Kartini adalah orang berjasa.

KONSEP DAN SIMBOL PENALARAN
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
SYARAT-SYARAT KEBENARAN DALAM PENALARAN
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Setelah kita mengetahui arti dari penalaran tersebut, selanjutnya kita akan membahas penggunaan penalaran dalam proses berbahasa itu sendiri. Berikut pembahasannya:
PENGGUNAAN BERBAHASA DALAM PROSES PENALARAN
Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada penjelasan dibawah ini. dalam pembahasan kali ini akan di bahas proses penalaran digunakan untuk menyusun Penulisan Ilmiah.
• Konsep Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) menjelaskan bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan.

Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Agar sesuatu dapat disebut sebagai Ilmu, Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:
1. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah

Dalam Penyajian sebuah Konsep Ilmiah, Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Dengan Ejaan sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia memiliki susunan struktur bahasa yang Obyektif, Metodis, Sistematis dan Universal.

Peranan tersebut, mencakup penggunaan Bahasa Indonesia dalam publikasi artikel maupun tulisan – tulisan ilmiah, baik berupa karya tulis, penulisan ilmiah, maupun skripsi dimana penerapannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

Beberapa hal sederhana misalnya tentang kaidah penggunaan huruf kapital: bahwa pada setiap awal kalimat harus diawali dengan huruf kapital, dan huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa sejarah.

Selain kaidah penggunaan huruf kapital tersebut, masih banyak aturan penggunaan Bahasa Indonesia yang lainnya. Terkadang, dalam publikasi tulisan ilmiah juga, kita menggunakan kata serapan dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Untuk penulisan kata-kata serapan tersebut juga ada aturan dalam penulisannya, dimana berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.

Pertama, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah-kaidah tersebut tertuang dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan adanya kaidah / aturan ini, maka tulisan ilmiah yang dibuat menjadi lebih Obyektif, Metodis, Sistematik, Terstruktur dan Universal khususnya dalam penggunaan bahasa sesuai dengan makna konsep Ilmiah itu sendiri.


SUMBER:
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://melisanti91.blogspot.com/2013/03/pengunaan-penalaran-dalam-proses.html
http://akuratih.wordpress.com/2012/03/11/pengertian-penalaran-secara-umum/
http://ariztik.wordpress.com/2011/04/16/penggunaan-bahasa-indonesia-dalam-proses-penalaran/