Pemerintah Arab Saudi berencana membongkar situs warisan budaya Islam, Masjid Nabawi di Medinah yang di dalamnya terdapat makam Nabi Muhammad SAW dan dua sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq and Umar bin Khatab. Hal ini dilakukan untuk memperluas masjid tersebut.
Pengerjaan proyek perluasan masjid ini akan dilakukan segera pada akhir November. Proyek ini diperkirakan menghabiskan 6 miliar dolar AS (sekitar Rp 57,7 triliun). Setelah direkonstruksi Masjid ini diharapkan dapat menjadi yang terbesar dunia, serta menampung jamaah haji hingga 1,6 juta orang.
Seperti dilansir Russian Today News, Rabu (31/10), pemerintah Arab Saudi bersikukuh menggelar proyek. Bagi pemerintah, hal ini sangat penting untuk mengimbangi jumlah jamaah, umroh dan haji, yang terus meningkat. Jumlah jamaah telah mencapai 12 juta orang setiap tahun. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 17 juta per tahun pada 2025.
Sementara itu, pembangunan berbagai bangunan pusat perbelanjaan dan hotel mewah yang terletak di dekat situs warisan budaya Islam terus dilakukan. Mereka pun akan menaikkan biaya hotel mewah di dekat Mekkah menjadi 500 dolar AS (Rp 4,8 juta) per malam.
Menyikapi hal ini, pengamat dari Lembaga Penelitian Situs Warisan Budaya (IHRF) Dr. Irfan Al Alawi menyatakan, proyek perluasan ini hanya upaya untuk mendapatkan uang besar. "Mereka hanya ingin meraup keuntungan yang besar dari peziarah yang kaya. Hal ini bakal memberatkan jamaah yang kurang mampu, karena biayanya akan dinaikkan jauh lebih mahal," kata Dr. Al Alawi kepada RT News.
Pemerintah Arab Saudi juga merencanakan pembangunan kawasan elit besar di Jabal Omar. Kawasan ini disebut-sebut akan menjadi mutiara baru Mekkah yang terdiri dari enam hotel bintang lima, tujuh menara dengan 39 lantai, 520 restoran, dan 360 toko komersial dan pasar swalayan.
Perluasan dan pengembangan ini juga mengancam perumahan penduduk setempat. Tetapi, sejauh ini sebagian besar warga masih diam. Padahal, "Seperti dimuat dalam Alquran, Mekkah adalah kota suci. Kota ini luar biasa, bukan kota biasa. Namun, penduduk setempat diam, tidak melawan pemerintah Wahhabi Saudi," kata Al Alawi.
sumber : wan-soe.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar