Selasa, 06 November 2012

perbedaan obat herbal dengan obat kimia

Perkembangan zaman yang semakin pesat, banyak sekali fenomena yang terjadi di masyarakat dunia yang semakin gencar untuk melakukan perubahan dengan kembali ke masa lalu. Salah satunya adalah dengan menggunakan kembali berbagai macam obat-obatan tradisional yang berasal dari bermacam-macam tumbuh-tumbuhan. Dunia kedokteran juga mulai mengambil tindakan untuk kembali ke obat-obatan herbal, obat yang berasal dari alam. Perbedaan obat kimia dan obat tradisional cukup jelas untuk mencapai hasil yang baik untuk mendapatkan suatu kesehatan.
“Obat kimiawi, umumnya lebih diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja. Kemudian bersifat simptomatik yang hanya untuk mengurangi rasa sakitnya saja. Beberapa jenis penyakit memang belum ada obatnya, obat yang ada hanya bersifat simptomatik dan harus diminum seumur hidup. Beberapa penyakit belum diketahui penyebabnya.

Banyak pasien secara rutin pergi ke dokter tanpa perbaikan yang signifikan bahkan semakin buruk keadaannya. Obat kimia juga bersifat paliatif, artinya penyembuhan bersifat spekulatif, bila tepat penyakit akan sembuh, bila tidak endapan obat akan menjadi racun yang berbahaya,” jelas Dr Muhammad Fauzie BHMS, yang saat ini bertugas di Royal Hospital Sultan di Kedah, Malaysia, sebuah rumah sakit kesultanan di sana yang seluruh pengobatannya sudah menggunakan obat herbal.

“Umumnya obat kimia lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang bersifat akut atau penyakit yang butuh pertolongan segera seperti asma akut, diare akut, patah tulang, infeksi akut dan lain-lain.

Dikarenakan obat kimia memiliki reaksi terhadap tubuh cepat cepat, namun bersifat destruktif artinya melemahkan organ tubuh lain, terutama jika dipakai terus-menerus dalam jangka waktu lama. Terlebih lagi obat kimia memiliki efek samping yang bisa menimbulkan iritasi lambung, hati, kerusakan ginjal, mengakibatkan lemak darah.” jelasnya lagi.

Efek samping obat kimia ini pun berupa efek samping langsung maupun efek samping tidak langsung atau terakumulasi. Hal ini terjadi karena bahan kimia bersifat anorganik dan murni sementara tubuh bersifat organik dan kompleks.

Maka bahan kimia bukan bahan yang benar-benar cocok untuk tubuh. Penggunaan bahan kimia pada tubuh dianggap sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan dan digunakan secara terbatas yang dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh.

“Sedangkan obat tradisional atau kerap disebut obat herbal, merupakan obat yang dibuat dari bahan-bahan alami yang berasal dari alam, baik itu tumbuhan.

Obat herbal diarahkan pada sumber penyebab penyakit dan perbaikan fungsi serta organ-organ yang rusak. Obat herbal bersifat rekonstruktif atau memperbaiki organ dan membangun kembali organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak.

Bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena pengobatannya pada sumber penyakit. Obat herbal lebih diutamakan untuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-penyakit komplikasi menahun, serta jenis penyakit yang memerlukan pengobatan lama,” jelas Dr Fauzie yang selesai menempuh pendidikan kedokterannya di Homeo Research & Educational Institute di tahun 2006 ini.

Reaksi obat herbal yang mulanya dikenal lambat reaksinya tetapi bersifat konstruktif atau memperbaiki dan membangun kembali organ-organ yang rusak, tetapi untuk obat-obatan herbal yang sudah diproduksi massal mampu menyembuhkan penyakit dengan cepat, seperti yang pernah ditangani Dr Fauzie, seperti sinusitis, hipertensi sembuh dalam waktu 7 hari, ambeien dapat sembuh dalam waktu tiga hari, dengan pengobatan rutin yang kontiniu.

“Hal ini terjadi karena obat herbal disusun oleh bahan-bahan organik yang kompleks. Dengan kata lain obat herbal dapat dianggap makanan yang berarti bahan yang dikonsumsi untuk memperbaiki organ atau sistem yang rusak”, lanjutnya.

“Indonesia memang umumnya belum menerapkan penggunaan obat herbal di rumah sakit-rumah sakitnya. Ini terkait bea cukai yang mahal jika obat-obat tersebut masuk ke Indonesia. Obat-obat herbal umumnya berasal dari negara-negara seperti Jerman, Amerika, Inggris, Pakistan, India yang masuk ke Malaysia itu bebas bea cukai. Tidak seperti di Indonesia yang sulit. Indutri farmasi obat herbal sudah ada rata-rata di negara Eropa,” jelas Dr Fauzie lagi.

“Misalnya salah satu antibiotik yang paling sering digunakan. Pada obat herbal antibiotik yang baik itu berupa propolis yang berasal dari lebah, propolis yang baik itu berasal dari satu hutan yang bebas dari polusi yakni greenpropolis dari Brazil, ini paling bagus sebagai antibiotik.

Antibiotik ini sangat baik misalnya kita terkena gejala batuk, menggunakan propolis ini batuk yang menyerang pun cepat hilang. Contoh obat-obatan lainnya adalah obat yang berasal cabai merah juga bisa dijadikan obat, kenapa setiap makan cabe kita ingusan, maka cabai itu bagus untuk orang flu, melancarkan hidung yang tersumbat,” jelas Dr Fauzie menjelaskan beragam jenis obat herbal.

“Kalau kita di sini herbal identik dengan ramuan. Kalau di negara berkembang tidak, obat herbal sudah ada yang berupa injeksi. Lalu cairan infus sendiri berupa air kelapa murni yang asli. Dari semua obat yang digunakan ke pasien merupakan bahan obat yang berasal dari bahan alami. Jika ingin berobat dengan kita konsultasi dengan pasiennya saja selama 1 jam, maka dalam sehari tidak boleh menangani lebih dari 10 pasien.

Berbeda dengan penanganan dirumah sakit di sini umumnya,” lanjutnya. Sudah banyak rumah-rumah sakit yang menggunakan obat herbak kepada pasiennya, di Inggris sendiri umumnya rumah sakit pemerintahan, sedang di Malaysia ada tiga rumah sakit kesultanan disana yang menerapkannya.

Di Indonesia sendiri ada satu rumah sakit yakni RS Holistic di Purwakarta. Rumah Sakit Holistic mengacu pada system kedokteran holistik dengan menggunakan nutrisi makanan organik sebagai obat utamanya.(win vahluvi)

sumber:http://www.medanbisnisdaily.com

2 komentar:

  1. memang obat herbal lebih baik :)

    BalasHapus
  2. Salah satu tanaman herbal yang banyak dicari untuk kanker payudara adalah Bawang Dayak. Order, silakan klik
    ManfaatBawangDayak.Com

    BalasHapus